Aku tak percaya pada kenyataan ini,
yang sulit terbaca, yang enggan jujur padaku. Aku tahu ini adalah takdir yang
mengharuskan aku untuk menerimanya, walau sepahit apapun itu, walau seburuk
apapun itu. ini adalah realita kehidupan, ya realita yang amat menyakitkan.
Sudah beberapa hari ku lalui tanpa
dirimu. Sejak pertengkaran hebat kita yang berujung kata putus. Bukan karena
aku, bukan karena kamu. Tapi karena perempuan itu. Iya karna perempuan itu!
Awalnya berat ku rasa untuk meninggalkanmu, meninggalkan semua kenangan manis
yang pernah kita lewati bersama. Tapi apa daya? Perjuanganku untuk
mempertahankan cinta yang kita rajut hanyalah sia-sia, tak ada sedikitpun
niatmu untuk mempertahankan hubungan kita, setidaknya untuk mempertahankan agar
aku tetap berada disisimu, agar aku tetap menjadi penghias dalam mimpi indahmu,
agar kita tetap bersama...
Memang kini kamu tengah berbahagia
bersama pilihanmu, aku tak berhak melarangmu untuk bahagia apalagi kamu bahagia
bersamanya, bersama perempuan pilihanmu, perempuan yang sekarang kamu cintai.
Bagiku, melihatmu senang, akupun ikut senang... sungguh!
Aku hanya tidak percaya pada
kenyataan ini. Kamu begitu cepat melupakan aku, sementara aku... diam membisu
disini memikirkanmu. Kadangkala Takdir begitu jahat, tapi aku tahu semua ini
terjadi karena Tuhan menyayangiku, Dia mempunyai rencana yang jauh lebih indah
dibanding ini. Ya aku harap begitu, setidaknya untuk mengobati luka dihatiku
ini..
Terkadang aku ingin sekali menghapus
memoriku. Memang tidak semuanya, tetapi dibagian yang terdapat kamu saja. Agar
aku dapat melupakanmu seutuhnya, agar aku tidak pernah mengenalmu, agar aku
tidak pernah mengingat kenangan kita, dan agar aku tidak terlalu kecewa pada
perpisahan yang terjadi ini.
Mungkin bagimu aku adalah Mantan
Sialan, ya sesuai dengan tweetmu waktu itu. Aku memang sering membakar
emosimu, membuat mu kecewa dan... terluka. Tapi ketahuilah bahwa aku melakukan
itu karena aku mencintaimu, sungguh mencintaimu. Aku tak pernah menggunakan
topeng ketika aku berkata cinta padamu. Aku mencintaimu, setulus dan
sesederhana itu. Aku tak ingin kamu terbuai oleh kata-kata manis dari perempuan
itu. Uhh, sudahlah kini sia-sia jika aku masih meyakinkanmu, toh kini kamu
telah berbahagia bersama pilihanmu itu. Rasa ini hanya akan aku pendam.
Sendirian. Dan mati bersama berlalunya waktu.
Kenangan yang memilukan,
menyakitkan, setiap aku membaca pesan singkat ataupun tweetmu yang menghinaku,
mencibirku, bahkan... mencacimaki aku. Aku berharap suatu saat nanti kamu akan
sadar bahwa aku begitu tulus mencintaimu. Dan ketika itu pula kamu akan sadar
bahwa kamu telah menyia-nyiakan aku yang takkan mungkin lagi untuk kembali.
Ya keberartiannya seseorang bagimu
ketika kamu telah kehilangan dia, orang yang ternyata selama ini kamu
sayangi...
Terimakasih
untuk 2 Juli yang sangat berarti, yang sangat manis.
Terimakasih
untuk semua yang telah kamu beri..
Dari mantanmu
Yang kadangkala berbohong tersenyum
Walau sebenarnya hatinya menangis...