Jangan membuat dirimu rendah dimata orang lain karna terserang penyakit PLAGIAT maupun EPIGON, hargai hak cipta dan percaya pada kekuatan bahasa dan hati sendiri!

Kamis, 21 Juni 2012

BALACIDOT


“Ketika aku tak lagi dianggap, diacuhkan, dan dibuang….”



Persahabatan yang terjalin secara tiba-tiba, tanpa pernah direncanakan, tanpa pernah di duga. Persahabatan yang diam-diam merasuk ke dalam kehidupanku, yang kian lama semakin melekat, erat, dan….tak terpisahkan.
***
Awalnya hari-hariku memang terasa indah, sangat indah, semenjak kehadiran kalian dikehidupanku. Kalian mampu membuat aku kembali tersenyum, kalian mampu membuat hari-hariku terasa indah kembali, dan kalian mampu mengusir kesepian hariku. Aku sangat menyayangi kalian..

Namun masalah perlahan mulai mengusik kebahagiaan kita, ternyata banyak yang tidak menyukai keberadaan kita. Mereka iri terhadap kebersamaan kita.. Fitnah mulai timbu di sekitar kita. Mereka berkata bahwa kita anak gaul lah, atau geng motor lah, dan lain-lain. Sebenarnya kita bukan anak gaul, dan kita tidak ingin menjadi anak gaul. Kami hanyalah para remaja yang mencari sepotong kebahagiaan dengan bermain. Dan bila disinggung mengenai tempat bermain, kami berpindah tempat dalam bermain hanya untuk bersosialisasi. Untuk apa bermain ditempat yang sama secara terus menerus? Apakah tidak jenuh? Dan jika kami disindir sebagai “geng motor”, itu karna masing-masing dari anggota ini mempunyai sepeda motor. DAN PERLU KALIAN KETAHUI, KAMI JUGA SERBA KEKURANGAN, TETAPI KEKURANGAN ITU YANG MENJADIKAN KAMI MEWAH.

Memang kebahagiaan selalu terasa di awal, dan menyisakan seberkas kepahitan. Itu yang sedang menimpaku, akhir-akhir ini aku merasa seperti dijauhi, dibuang, ditinggalkan, dan… diabaikan! Tidak ada lagi kekompakkan yang kurasakan. Memang hanya aku yang merasakan, karna hanya aku yang diabaikan.. mereka benar-benar menjauhiku. Aku tahu, aku memang tidak cantik, tidak asik jika diajak mengobrol, dan aku tahu aku tidak pernah dianggap keberadaannya. Dimulai dari kekurang kompakkan kita sekarang, lalu pergi bermain sendiri. Kalian seperti datang hanya ketika membutuhkan aku, atau lebih tepatnya…. Motorku. Ketika kalian telah menemukan yang baru? Aku dibuang begitu saja, dicampakkan, diacuhkan.. bagaikan sampah!

Kini, ketika kesedihan datang kepadaku, apa yang kalian lakukan? Perhatian kah kalian kepadaku? Peduli kah kalian kepadaku? Tidak ada satupun diantara kalian yang peduli terhadap aku! TIDAK SATUPUN! Mungkin memang benar dugaanku bahwa aku tak lagi dianggap, atau…memang tidak pernah dianggap?

Mungkin lebih baik aku menjauh, karena sekalipun tidak akan pernah ada yang memperdulikan aku. Aku memang tak lagi dibutuhkan…

Terimakasih untuk hari-hari yang pernah kita lewati bersama, terimakasih telah membuatku tersenyum kembali, dan terimakasih kepada orang-orang yang (mungkin) menyayangiku..



Aku akan tetap menyayangi kalian meskipun kalian tidak pernah menyayangiku…

Kamis, 07 Juni 2012

Kamu dan Hujan


 
“untuk kamu, dan sepotong kenangan dikala hujan”





Air mata bumi perlahan menetes, semakin banyak, semakin lebat, dan… deras. Hujan, cuaca yang tidak disukai oleh banyak orang, cuaca yang dapat menghambat segala aktifitas. Tapi, dibalik itu ada aku yang sangat mengagumi hujan. Hujan buatku adalah penenang jiwa, pembawa airmata, dan pengingat rasa kehilangan. Dia menyimpan sejuta ke eksotisan, dia menyimpan beribu harapan, dan dia… menyimpan sepotong kenangan indah.
 ***


Berbicara tentang kenangan indah, ingatkah kamu saat kamu rela menjemputku dikala hujan turun? Kamu tetap menjemputku walaupun aku telah menolaknya, kamu tetap menerobos walau cuaca sedang tidak bersahabat, HANYA DEMI AKU! Lalu sesampainya di tempat kamu menjemput aku, kamu menyuruhku agar menunggu, setidaknya sampai hujan reda. Tetapi aku memaksamu agar tetap menerobos, agar kita dapat menikmati indahnya saat hujan turun. Berdua. Aku dan Kamu. Agar kita dapat menciptakan sebuah kenangan indah yang tak terlupakan, dan agar aku tetap dapat mengenangmu…

Ah hujan ternyata masih menjadi peran antagonis, dia kembali mengingatkanku padamu! Kamu yang rela pergi meninggalkanku demi perempuan lain, kamu yang sering membuat aku menangis, tapi juga yang selalu membuat aku tertawa dan tersenyum. Kamu yang sekarang mendepakku keluar dari kehidupanmu.

Hujan kali ini, di malam yang beku, benar-benar mengingatkanku pada kehilangan. Rasa kehilangan yang begitu mendalam, rasa sayang yang tak pernah habis, rasa yang ku buat sendiri namun juga rasa yang menghancurkanku. Ternyata aku sedang merindukanmu. Apa kamu merindukanku sedalam aku merindukan kamu? Tak usah dijawab! Aku yakin bahwa jawabanmu pasti ”TIDAK”. Yasudahlah mungkin kamu telah bahagia, walau bersama perempuan lain. Soal perasaanku? Tak usah dipedulikan.  Aku hanya merindukanmu. Itu saja. Sederhana. Rindu dan cintaku memang selalu sederhanakan?